Rabu, 14 Oktober 2015



MASIH FUNGSIKAH FASILITAS UMUM ZEBRA CROSS INI .
   Apakah anda masih ingat dengan nama Zebra Cross? Nah Zebra Cross ini biasanya terletak didepan traffic light atau lampu merah. Zebra Cross ini lebih dikenal dengan warna loreng loreng yaitu hitam dan putih. Setiap traffic light harus mempunyai zebra cross, fungsinya untuk mengakomodasi para pejalan kaki agar dapat menyebrang dengan selamat. Namun apakah masih berfungsi? Saya dan cameramen langsung mencoba melakukan perbedaan  untuk menyeberang di zebra cross di jalan Majapahit dekat Universitas Widya Mandala Surabaya dengan jalan protocol Basuki Rachmat.
   Jalan Majapahit terletak di dekat jalan Dinoyo, dimana jalanan ini terdapat pertigaan yang masing-masing memiliki traffic light dan zebra cross. Jalanan di Majapahit merupakan jalanan yang sangat sempit sehingga sangat mudah sekali terjadi kemacetan disini. Saat saya berada di jalan Majapahit, sudah menunjukan lampu berwarna merah yang artinya berhenti. Namun sangat disayangkan, para pengendara mobil atau pengendara motor melewati batas marka jalan lampu merah, dan mereka lebih memilih untuk berhenti tepat di zebra cross, bahkan ada angkutan umum yang berhenti mendahului zebra cross. Jika banyak pengendara yang melakukan pelanggaran tersebut, dapat mengakibatkan terjadi tabrakan dari arah berlawanan dan dari arah polisi istimewa yang akan berbelok kearah kanan  menuju ke Universitas Widya Mandala jalan dinoyo Surabaya. Akhirnya yang menjadi ancaman adalah nyawa kita sendiri. Setelah melihat, pelanggaran tersebut, akhirnya saya mencoba untuk menyeberang, dan saat saya menyeberang yang terjadi adalah saya kesusahan menyeberang karena banyak sekali pengendara motor dan mobil yang berhenti tepat di zebra cross. Bisa dibuktikan bahwa, fasilitas umum zebra cross yang ada di jalan majapahit tidak bisa difungsikan dengan baik akibat para pengendara motor dan mobil yang berhenti di zebra cross.
   Setelah kami melakukan percobaan sederhan yaitu menyeberang di zebra cross di jalan majapahit, saya pun beralih ke jalan protocol yaitu basuki rahmat. Alasan saya mengambil jalan di daerah basuki rachmat karena di depan gedung Gramedia Expo. Depan gedung Gramedia Expo tidak ditemukanya traffic light namun terdapat fasilitas penyeberangan jalan dengan menggunakan tombol. Cara penggunaanya adalah dengan menekan tombol yang ada disitu, dengan menekan tombol tersebut maka akan keluar bunyi dimana bunyi tersebut sebagai peringatan kepada para pengendara untuk berhenti karena ada pejalan kaki yang ingin menyeberang. Nah, pejalan kaki itu diberi waktu selama satu menit untuk menyeberangi zebra cross. Dijalan protocol basuki rachmat ini fasilitas menyeberang jalan yaitu zebra cross sangat berfungsi dengan baik, dan para pengendara motor dan mobil sangat menghargai para pejalan kaki yang akan menyeberang. Di jalan basuki rachmat terdapat juga polisi yang sedang mengawasi daerah tersebut sehingga membuat para pengendara enggan melakukan pelanggaran.
   Setelah saya melakukan percobaan kecil di jalan majapahit dan jalan basuki rachmat saya menyimpulkan bahwa para pengendara masih belum bisa mengharagai pejalan kaki yang sedang menyeberang buktinya saat di jalan majapahit masih banyak sekali para pengendara yang berhenti tepat di zebra cross, sangat berbeda halnya dengan fasilitas zebra cross di jalan basuki rachmat, para pengendara begitu menghargai pejalan kaki yang ingin menyeberang. Harapan saya adalah para pengendara tidak hanya patuh pada lalu lintas jika ada polisi saja  namun perlu adanya kesadaran besar untuk mau mematuhi setiap marka lalu lintas yang dibuat, tidak hanya itusaja, diharapkan para pengendara tidak hanya mematuhi lalu lintas yang ada dijalan protocol saja namun juga di seluruh jalanan yang ada di Surabaya.

Jumat, 02 Oktober 2015




          
 Hai Flores
        Liburan dikala semua aktivitas perkuliahan sudah selesai merupakan kegiatan yang paling ditunggu-tunggu setelah sekian lama sibuk dengan rutinitas kampus. Liburan yang panjang ini, saya menyempatkan waktu untuk pergi ke kampung halaman saya yaitu Ruteng, Manggarai, Flores. Perjalanan saya diawali dengan menggunakan bis mini yang datang kerumah saya jam 20.00 wib. Bis mini ini mengantarkan saya ke pulau Bali karena saya akan menunggu kapal saya di pelabuhan Tanjong Benoa Bali. Perjalanan dimulai, saatnya petualangan.
            Sesampainya di Bali sekitar jam 9 pagi wib, saya langsung istirahat sejenak dirumah saudara saya di daerah pelabuhan Tanjong Benoa. Keesokan paginya, sekitar jam 7 pagi saya harus berangkat menuju pelabuhan Tanjong Benoa Bali untuk registrasi tiket yang sudah dibali.  Setelah 2 hari perjalanan saya dari Tanjong Benoa Bali menuju ke Laboan Bajo Flores, akhirnya Laboan Bajo sudah ada didepan mata. Laboan Bajo sungguh indah disini, lautnya yang biru terbentang luas disini, karena terlalu lamanya saya menikmati laut biru dan angin laut yang kencang, sepertinya saya harus melanjutkan perjalanan saya menuju Ruteng, Manggarai, Flores. Menyusuri jalanan yang sangat sempit, menambahnya adrenalin perjalanan saya menuju kampong halaman, begitu banyak perbedaan setelah 8 tahun saya tidak pulang ke Flores adalah akses jalan menuju ke Ruteng sudah diperbaiki, sudah tidak ada jalan yang rusak, jadi kita tidak perlu kahwatir jika terjebak di jalan yang rusak dan licin. Perjalanan 4 jam saya dari Laboan Bajo menuju Ruteng sudah sampai, Ruteng sudah banyak perubahan, makin bersih, makin rapi dan makin banyak penduduk yang tinggal disana. Sampailah dirumah opa saya dan saya langsung dijamu cemilan kesukaan saya dan menjadi khas di kota Ruteng yaitu Kompiang. Kompiang merupakan roti bundar, di bagian atas kompiang ditaburi wijen, dan paling enak makan kompiang itu setelah digoreng pakai mentega, karena sensasi ‘krenyes’ nya itu bikin kita mau nambah lagi, ditemani dengan kopi hitam khas Flores yang membuat kehangatan didalam tubuh kita.
Ada juga kuliner khas Ruteng yaitu ikan cara. Rasa dari ikan cara asin dan gurih sekali, asinya itu beda dengan ikan asin, asin di ikan car begitu sangat unik, apalagi aroma khas saat ikan cara itu di goreng membuat selera makan menjadi bertambah. Ikan cara selalu ditemani dengan sayur saondusuk. Sayur saondusuk hanya terdapat di hutan, jadi warga Ruteng yang ingin makan sayur saondusuk harus lari ke hutan. Makanan favorit inilah yang membuat saya selalu rindu akan Ruteng, suasana yang begitu dingin membuat banyak cerita tentang Ruteng. Kalo kalian ke Ruteng, akan terasa lengkap jika makan makanan lezat yang saya ceritakan diatas.